Kamis, Agustus 27, 2009

Tuhan,Manusia dan alam semesta!

DASAR-DASAR YANG MELANDASI PENULISAN

Awal dari kegalauan penulis semenjak reformasi menjelang pertengahan 1998 yang ujungnya semua persoalan hidup dan kehidupan sampai peristiwa bencana alam Tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatra Utara tanggal 26 Desember 2004 yang telah menelan jiwa ratusan ribu Manusia yang
penulis saksikan dilayar kaca hari demi hari sungguh sangat mengerikan.
Apa makna dari kejadian ini bagi kita ? Sehingga melahirkan beberapa pertanyaan, seperti :

Apa hakekat Manusia itu ?
Kenapa Manusia ada ?
Apa tujuan hidup dan kehidupan Manusia ?
Kenapa terjadi kekerasan diantara Manusia ?
Kenapa Manusia saling menumpahkan darah ? Melalui terror bom ? misalnya.
Apa yang dicari Manusia ?
Kenapa ada Manusia yang bahagia?
Kenapa ada juga Manusia yang menderita akibat bencana, kemiskinan dan kesengsaraan ?
Bagaimana menuju kebahagiaan yang hakiki ?
Bagaimana jalan keluar ketika kita hidup menderita dan sengsara ?.

Diharapkan buku ini mampu menjawab atas berbagai persoalan sebagai ‘solusi alternatif’ bagi kita untuk menyelesaikan masalah tanpa muncul masalah baru ?

Yang berkaitan dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari baik sebagai pribadi maupun sebagai entitas masyarakat, negara dan bangsa dalam berinteraksi dengan berbagai kondisi dan perkembangan yang sudah sangat sulit arahnya hendak kemana?, hanya ada satu yang sama yakni semua orang memburu, bahkan sudah cenderung menghalahkan segala cara demi memenuhi nafsu yang sudah kelewat batas, akibat konsep materialistis dan ‘berhala dunia materi’ yang sudah menjadi Life style ( gaya hidup ) yang bermuara kepada Hedonisme, ini berbahaya bagi kelangsungan dan kesehatan hidup Manusia dan Kemanusiaanya.

Tulisanini ( sedang penulis rapihkan utk jadi buku ) diharapkan memenuhi kebutuhan fitrah Manusia yang paling hakiki, yang akan menjadi pedoman dalam mengharmonikan eksistensi: “Manusia dengan Diriinya, Manusia dengan Manusia, Manusia dengan Alam Semesta, Manusia dengan Tuhan Penciptanya, sehingga akan melahirkan suatu generasi “Manusia yang rahmatan lil’alamin” sebuah konsep yang bersifat universal.

Secara jujur kita musti mengakui kemajuan teknologi yang sudah sangat maju, hampir segala sarana bagi kebutuhan dan keperluan hidup Manusia sudah ditopang oleh kemajuan Teknologi, dari mulai kebutuhan yang sangat sederhana sampai kepada kebutuhan dan keperluan hidup yang complicated ( Rumit), semua melimpah adanya.

Dalam era “dunia tanpa batas” ( borderless ), aspek-aspek atau kaidah yang menjadi anggukan universal, haruslah menjadi pola dasar pemikiran bagi solusi yang komprehensip dan holistic.
Kemunduran ‘moral’, ‘ekonomi’ dan sosial budaya misalnya, telah mencapai deep crisis yang berkepanjangan, bahkan telah muncul berbagai ‘trend, mode atau gaya hidup, dan kekerasan’ yang bertentangan dengan fitrah Manusia, plus berbagai masalah akibat dampak perilaku sebagai mana disebutkan terdahulu, beserta serenceng masalah satu belum terjawab, masalah yang baru telah muncul, dan seterusnya; hari berganti, tahun berubah, belum ada tanda-tanda ‘titik terang’, klimaksnya adalah bencana alam tsunami 26 Desember 2004.

Yang harus di jawab adalah mengapa hal ini bisa terjadi ? Apakah ada yang salah didalam pengelolaan Diri sebagai pribadi?, atau organisasi yang lebih luas seperti Negara dan atau Masyarakat sebagai institusi ? Sejauh mana kemampuan Mereka dan - Kita didalam mengendalikan dan mengelola berbagai perilaku Manusia dari yang paling sederhana sampai yang lebih luas - sehingga berbagai Kemiskinan, Pengangguran, Terorist, Kejahatan Korupsi, Penggunaan obat terlarang ( Narkoba ), Perkosaan, Seorang Anak Sekolah Dasar gantung Diri, karena malu tidak dapat membayar SPP dan berbagai penyakit yang menimpa masyarakat yang tidak mungkin mencantumkan semuanya - Telah menjadi realitas hari hari yang menghiasi media cetak dan elektronik, bahkan ‘kita’ telah menganggap seluruh ‘berita derita dan bencana kemanusiaan’ yang lebih dahsyat dari ‘Tsunami’ tersebut di atas sebagai sesuatu yang ‘lumrah’.

Sebagai penyeimbang dari realitas yang terjadi sesungguhnya, maka hampir seluruh Station Televisi, gemar mempertunjukkan berbagai ‘hiburan yang tidak mendidik’ melalui berbagai tayangan Sinetron, Opera sabun, berita kekerasan / pemerkosaan, telah menjadi tontonan ‘anak-anak dibawah umur, remaja dan dewasa’ yang akan berdampak dimasa depan “ akan terbentuknya suatu anggota masyarakat sebagai ‘society’ yang secara pelan dan pasti akan menghasilkan suatu peradaban yang menjatuhkan martabat Manusia dan KeManusiaannya. Inilah yang harus segera diantisipasi sebelum keadaan lebih parah dan sulit dikendalikan.

Dari berbagai peristiwa dan kondisi tersebut di atas penulis merenung, membaca, mengamati dan melakukan Kajian-kajian / Diskusi yang pada ahirnya ‘ada semacam panggilan hati nurani’ untuk mengupas tuntas melalui proses pembelajaran terfokus pada apa hakekat Manusia sebenarnya? Dengan tentunya semua upaya ‘ kepedulian’ itu haruslah dimulai dari Diri sendiri, keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan. Dan Tugas KeManusiaan ini adalah menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai ‘khalifah’ di muka bumi, tidak dapat menunggu, namun harus segera berbuat demi kemashlahatan umat Manusia.

Lantas penulis tertarik kepada salah satu Hadits Qudsi Rasulullah SAW ;

“Barang siapa mengenal Dirinya, maka ia telah mengenal sholatnya ; Barangsiapa telah mengenal sholatnya maka ia telah mengenal Muhammadnya; Barangsiapa telah mengenal Muhammadnya, maka ia telah mengenal Tuhannya ; Barang siapa telah mengenal Tuhannya , maka ia telah “ bodoh”- telah nampaklah Diri-Nya”.
( Hadits Qudsi )

“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada Langit, Bumi dan Gunung-gunung, maka semua enggan memikulnya dan merasa berat dari padanya dan Manusia memikulnya sesungguhnya dia adalah zalim lagi bodoh.”
(QS Al Ahzab – golongan-golongan [33] : 72)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar