Rabu, Agustus 26, 2009

Barang siapa Mengenal Alif Laam Miim maka ia telah mengenal Dirinya.

1. Barang siapa Mengenal Alif Laam Miim maka ia telah mengenal Dirinya.
2. Alif Laam Miim adalah eksistensi Diri anda sebagai Manusia secara utuh beserta potensi-potensi yang dimilikinya yakni spritual, mental dan jasmani .
3. Al-Qur’an adalah petunjuk bagi Alif Laam Miim yakni Diri Anda sebagai Manusia seutuhnya ( spritual, mental dan jasmani ).
4. Percaya kepada hal-ihwal yang gaib adalah prasyarat pertama untuk menjadi orang-orang yang beruntung.
5. Tindakan Metafisika dengan men-Diri-kan sholat ( Hubungan Manusia dgn Tuhan ) adalah prasyarat kedua untuk menjadi orang-orang yang beruntung.
6. Menjadi Orang kaya atau berkecukupan agar dapat mengeluarkan zakat ( Hubungan Manusia dengan Manusia ) adalah prasayarat ketiga untuk menjadi orang-orang beruntung.
7. Mempelajari, memahami, menyadari dan beriman akan “Kebenaran” yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw ( Al-Qur’an dan Al-Hadist ) serta Ilmu pengetahuan Mutahir hasil olah pikir ‘umatnya’, sebagai ilmu kearifan ‘umat Manusia Mutahir’ dan juga Mempelajari, memahami, menyadari dan beriman akan “Kebenaran” yang diturunkan kepada Nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad Saw ( Taurat, Zabur, Injil dan shuhuf-shuhuf ) serta ilmu pengetahuan Kuno ( Terdahulu ) hasil olah pikir “umatnya nabi-nabi terdahulu” sebagai ilmu kearifan ‘umat Manusia terdahulu’, adalah prasyarat keempat untuk menjadi orang-orang yang beruntung.
8. Percaya dan beriman, bahwa seluruh proses kehidupan di dunia ini akan ada akhirnya, kalau berusaha tentu ada hasil akhirnya : Rugi atau Untung / Kaya atau miskin dst., demikian juga Alam dunia ini pun pasti ada akhirnya yakni Alam Akhirat sebagai hasil akhir dari berbagai proses dan upaya “Alif Laam Miim” apakah memilih untuk menjadi orang - orang yang merugi atau memilih untuk menjadi “orang-orang yang beruntung”, adalah prasayarat kelima untuk menjadi orang-orang yang beruntung.

Al-Qur’an secara ‘komprehensif dan integrated’ menjelaskan tujuan Hakiki Manusia dengan menggunakan istilah ‘orang-orang yang beruntung’, serta secara rinci menjelaskan bagaimana persyaratan dan kriteria agar Manusia itu mendapat ‘petunjuk untuk menjadi orang-orang yang beruntung.’

Sehingga untuk keperluan Manusia dalam mengendalikan dan mengelola Diri ‘hidup sukses’, Al-Qur’an telah menginformasikannya dengan sangat terperinci, sehingga bagi Anda yang mendambakan ‘keberuntungan’ maka tidak ada keraguan bahwa cukuplah Al-Qur’an sebagai petunjuk, sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah [2]: 1-5 :

ALIF LAAM MIIM;
Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; PETUNJUK bagi mereka yang BERTAQWA; (yaitu) mereka yang beriman kepada yang GHAIB, yang menDirikan SHALAT, dan MENAFAKAHKAN SEBAHAGIAN REZEKI yang Kami anugerahkan kepada mereka; Dan mereka yang beriman kepada kitab ( AL QUR’AN ) yang telah diturunkan KEPADAMU dan KITAB-KITAB yang telah diturunkan SEBELUMMU, Serta mereka yakin akan adanya ( kehidupan ) AKHIRAT; Mereka itulah yang tetap mendapat PETUNJUK dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang BERUNTUNG ( SUKSES ).

Dalam surat Al-Baqarah [2]:ayat 1-5 diperoleh pesan-pesan Ilahiyyah untuk Anda yang mendambakan keberuntungan atau sukses, maka untuk maksud tersebut mestilah mengetahui, memahami, menyadari dan melaksanakan atau mengamalkan pedoman yang terkandung di dalam Al-Qur’an , secara ‘tepat dan benar’ agar sesuai dengan apa yang terkandung – sesuai janji Allah swt didalamnya untuk menjadi “orang-orang yang beruntung”.

Sebelum memahami ayat selanjutnya {[2]:2-5} yang sangat terang benderang , hemat penulis ada baiknya Anda mencari tahu untuk memahami secara ‘tepat dan benar’ makna subtansi dari Alif Laam Miim.

Penulis berpendapat bahwa Alif Laam Miim adalah Diri Anda secara “komprehensip dan integrated” sebagai mahluq ciptaanNya yang paling sempurna ( Utuh ) - yang ter-Diri dari beberapa wujud baik yang dhahir maupun yang bathin secara totalitas.

Mengapa ? karena keseluruhan wujud Diri Anda baik yang lahir maupun yang bathin beserta keseluruhan potensinya haruslah mengetahui , memahami, mengimani dan mengamalkan Firman Allah swt tersebut - yakni Alif Laam Miim- karena Diri Anda akan dimintai pertanggung jawaban kelak kemudian.

Sebagai contoh wujud jasmani Anda, beserta potensi-potensi yang dimilikinya yakni panca indera ( mata-telinga-hidung-lidah-kulit ) akan dimintai pertanggung jawabannya dan demikian juga wujud Bathin ( Jiwa ) anda beserta potensi-potensi yang dimilikinya yakni rahasia-rahasia Diri yang sangat halus (lathifah-lathifahnya) akan dimintai pertanggung jawabannya, bahkan napas sekalipun akan dimintai pertanggung jawaban - oleh karena itu menurut hemat penulis makna subtansi dari Alif Laam Miim adalah Diri Anda sebagai Manusia secara utuh ( Jasmani – napas/mental – bathin/spiritual ) harus meyakini akan kebenaran Al-Qur’an sebagai sumber legalitas, sebagai sumber otoritas, sebagai sumber loyalitas dan sebagai sumber kreatifitas.

Penulis dengan segala kerendahan hati dengan tetap mengharapkan petunjukNya, memberanikan Diri untuk ‘mengupas’ Rahasia Alif Laam Miim, berdasarkan pengamatan, perenungan dan tafakur atas realitas Diri dan alam semesta yang terhampar luas sebagai bagian dari wujud Ilmu dan KekuasaanNya serta berbagai referensi yang relevan dengan maksud penulis untuk mencari tahu atas rahasia yang terkandung dari Firman Allah SWT dalam Al Qur'an tersebut, yakni pesan-pesan yang terkandung dalam “Alif Laam Miim “, dengan tetap menyadari berbagai keterbatasan sebagai Manusia, karena ‘upaya ini-mencari tahu’ sangat dihargai dalam tradisi Islam.

Penulis dengan istiqomah menjadikan tafsir yang sudah ada sebagai referensi dari para ahli tafsir terdahulu yang telah berjerih payah untuk menjelaskan makna subtansi Alif Laam Miim. Bahkan penulis terinspirasi dengan penafsir yang menyatakan bahwa : ” tafsir Alif Laam Miim itu mengandung makna :” Alif adalah Allah swt, Laam adalah Malaikat Jibril dan Miim adalah Muhammad”
Dari penafsiran tersebut di atas, lalu penulis berpendapat bahwa Alif Laam Miim itu sangat terkait erat dengan eksistensi Diri Anda sebagai Manusia selaku khalifahNya di muka bumi yang memilki 3 ( tiga ) potensi utama yang ada dalam Diri Manusia yakni : spiritual, mental dan jasmani yang terkait erat satu sama lainnya ( realitas hidup ) lalu dipisah-pisahkan-Nya sampai waktu yang telah ditentukan ( realitas kematian – berpisahnya ketiga potensi tersebut ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar