Sabtu, Agustus 29, 2009

MAQAM-MAQAM YANG DIMILIKI MANUSIA

MAQAM-MAQAM
YANG DIMILIKI MANUSIA

Pengertian Maqam

Untuk memantapkan pemahaman atas pengertian ’maqam-maqam’ yang akan dijumpai dalam bab berikut ini, ada baiknya penulis menjelaskan maksud dari ‘maqam-maqam’ yang dimaksud. 
Untuk keperluan pemahaman tersebut penulis mengutip ‘khazanah istilah sufi’ karya Amatullah Armstrong, sebagai berikut :

Maqam : Kedudukan Spiritual. Sebuah maqam diperoleh dan dicapai melalui upaya dan ketulusan sang penempuh Jalan Spiritual. Namun, perolehan ini sesungguhnya terjadi berkat Rahmat Allah. Suatu kedudukan adalah suatu kualitas jiwa yang ‘tetap’, yang berbeda dengan sifat sementara dari suatu keadaan spiritual ( hal ). Manakala sang penempuh Jalan Spiritual ( salik ) naik ke maqam yang lebih tinggi , dia tidak meninggalkan maqam yang lebih rendah, melainkan melakukan perjalanan bersamanya. Ketika tercapai kualitas-kualitas terpuji yang berkenaan dengan suatu kedudukan khusus, maka segenap kualitas itu semakin kukuh dan mantap serta tetap bersamanya dalam kenaikannya yang tiada henti.

PENDAHULUAN

Islam sebagai Pedoman Hidup (way of life) untuk mencapai Keselamatan ( Aslama-Salam-Islam ) yang diperuntukan bagi Umat Manusia, langkah awal yang mutlak harus dimiliki oleh kita (anda dan saya) adalah hal yang menyangkut dengan : Keimanan, Kepercayaan, atau Keyakinan terhadap Pondasi Manusia secara Tepat dan Benar ( Mutlak Kebenarannya ).
Islam memiliki Rukun Iman yang terkait erat dengan bagaimana Mengelola Hidup Sukses berdasarkan Al-Qur’an ? Kita semua selaku Muslim yang baik, telah mengenal Ke enam Rukun Iman ini sejak Taman Kanak-kanak atau Sekolah Dasar. Ini yang patut disyukuri kepada kedua Orang tua kita yang telah membekali pondasi Hidup Hakiki.
Walaupun dalam perjalanan sampai saat ini, Rukun Iman itu sebatas hapalan belaka, tidak lebih tidak kurang. Dan ini dapat dijadikan alasan :’Mengapa mayoritas umat Islam, banyak ketinggalan dalam berbagai aspek seperti , Kesehatan, Kekayaan, Pendidikan, Kesejahteraan ?” Penulis berani berkeyakinan bahwa hal ini terjadi dikarenakan umat Islam, memiliki pemahaman yang ‘dangkal’ tentang maknawi dari Rukun Iman, ibarat seekor kera yang sedang ‘bergumul’ dengan buah kelapa, dikiranya kera tersebut telah mendapatkan segalanya, padahal esensi dari kelapa itu memiliki nilai yang luar biasa manfaatnya, kalau kera tersebut ‘mengetahui, memahami dan menyadari potensi kelapa bagi Dirinya serta perlu pengetahuan bagai mana cara ‘mengupas, membelah dan memanfaatkan’ kelapa tersebut. Demikian juga ‘kita’, sangat minim pemahaman terhadap maknawi, subtansi dan pesan-pesan ilhaiyyah melalui Nabi Muhammad SAW, tentang Rukun Iman yang kita ketahui.
Dan Kepercayaan itu, dalam buku ini akan memegang peranan penting, hampir dalam semua pembahasan : pentingnya Membangun KEPERCAYAAN dan KESADARAN.
Untuk mengelola hidup sukses, anda harus percaya bahwa anda mampu merealisasikannya dalam kenyataan. Tuhan Yang Maha Kuasa telah menganugerahi anda potensi-potensi yang tidak dimiliki mahluk lain, yang bila kita mampu mengelolanya, Percayalah anda akan berhasil dalam menjalani hidup dan kehidupan ini secara benar-benar berhasil dalam berbagai bidang kehidupan seperti : Kesehatan, Kekayaan, Kesejahteraan, Kekuasaan, Kecerdasan , Kemuliaan, Kasih sayang dan Cinta. Inilah dambaan seluruh Umat Manusia, namun hanya sedikit orang yang hidup dalam keberlimpahan, kebanyakan berada dalam kondisi yang tidak Manusiawi seperti:Kemiskinan, Kebodohan, Keterbelakangan, Kesedihan, Penyakit, Kekecewaan dan frustasi.
Sebagai wacana dan ilustrasi Penulis akan mengutip bukunya David J.Schartz dalam “The magic of thinking Big’ ( Berpikir dan Berjiwa besar ) sebagai berikut, tentang “keberhasilan”:’Keberhasilan berarti banyak hal yang mengagungkan dan positif. Keberhasilan berarti kesejahteraan pribadi :rumah yang bagus, liburan, perjalanan, pengalaman baru, jaminan keuangan untuk anak dan istri. Keberhasilan berarti memperoleh kehormatan, kepemimpinan, disegani oleh rekan bisnis, dan popular di kalangan teman. Keberhasilan terutama berarti kebebasan : Kebebasan dari kekhawatiran, ketakutan, frustasi, dan kegagalan. Keberhasilan berarti rasa hormat kepada Diri sendiri, terus menerus mendapatkan kebahagiaan yang lebih riil dan kepuasan dari hidup ini, mampu mengerjakan lebih banyak bagi mereka yang bergantung kepada Anda, dan kasih sayangnya begitu Anda hargai.

Keberhasilan berarti menang.
Keberhasilan – prestasi – adalah tujuan hidup.
Setiap Manusia menginginkan keberhasilan.
Tak seorang pun senang akan kemiskinan atau hidup dalam keadaan pas-pasan.

Dan kita sebagai Umat Islam sukses itu seperti digambarkan di atas plus kalau Meninggal Dunia : Mendapat keridhoaan di sisi-Nya ! inilah yang disebut ‘ al-insan al-kamil’
Penulis terinspirasi dengan tulisan di atas, dan hal ini - keberhasilan- seperti yang disampaikannnya, sangat potensial untuk menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan kita. Realistis dan terukur.Tidak ada yang bersifat sulap – akal-akalan, tetapi memang akan menjadi hak azasi kita, bila kita menghendaki dan mempercayainya.
Untuk mencapai kesana penulis kembali kepada pokok bahasan yakni untuk dapat hidup berhasil sebagai mana diuraikan di atas, penulis akan menguraikan Potensi Manusia sebagai alat untuk mencapai keberhasilan, dalam mewujudkan tujuan- kehendak.
Manusia memiliki potensi-potensi yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Pemurah, sebagai Sarana atau Alat ( tool ) untuk dikendalikan dan dikelola Manusia dalam mencapai Cita-citanya.
Dalam Diri Manusia ada tujuh potensi, yakni :

1. ‘Alam al-Jabarut ( Alam Tuhan Yang Maha Kuasa ) ( al-lathifah al-haqiqiyyah )
2. ‘Alam al-‘aql ( Alam Akal / Pikiran ) ( al-lathifah al-khafiyyah )
3. ‘Alam ‘Amr ( Alam Perintah ) ( al-lathifah dzat al-sirriyyah )
4. ‘Alam-i-ulwi ( Alam Ruh / Qalbu ) ( al-lathifah al qalbiyyah )
5. ‘Alam Malakuti ( Alam Energi Cahaya ) ( al-lathifah al-ruhiyyah )
6. ‘Alam Iradah ( Alam Kehendak ) ( al-lathifah al-sirriyyah )
7. ‘Alam al- shaghir ( Alam kecil / Al-insan ) ( al-lathifah al-insaniyyah )  

Ketujuh potensi ini berada dalam setiap pribadi Manusia, tanpa kecuali, dan inilah merupakan Mahluk Ciptaan Yang maha Mutlak, yang paling sempurna.
Bila Anda Mengetahui, Memahami, Dan Menyadari Potensi-Potensi tersebut di atas serta mampu Mengelolanya Secara Tepat dan Benar maka : Anda akan mampu Mengatasi Berbagai Masalah Tanpa Masalah, dan anda akan meraih apa yang disebut al- insan al-kamil, Manusia rahmatan lil’alamin , deskripsinya sebagai berikut :

1. Memiliki Kemuliaan melebihi malaikat, contoh Rasulullah SAW.
2. Memiliki Kekuasaan, Keilmuan, Kekayaan seperti Nabi Sulaiman. As.
3. Memiliki Kesucian, Kemujarobatan seperti Nabi Isa As
4. Memiliki Ketampanan dan Kewaskitaan seperti Nabi Yusuf As.
5. Memiliki Ilmu Hikmah seperti nabi Khaidiri As.
6. Memiliki Kepejuangan dan Keilmuan seperti Nabi Musa As.
7. Memiliki Kesabaran seperti Nabi Syuaib As, dan masih banyak lagi.
8. Memiliki Keinginan untuk mengembangkan potensi Diri, dalam Keberlimpahan kekayaan, Kekuasaan, Kehormatan, Kepemimpinan Kesehatan, Cinta , Kasih Sayang, dan Kemuliaan seperti Anda ?


MAQAM SATU
‘ALAM AL- SHAGHIR
( ALAM KECIL )
( al-lathifah al-insaniyyah )

KESADARAN AKAN EKSISTENSI ‘ALAM AL- SHAGHIR (ALAM KECIL ) DALAM DIRI MANUSIA

I.. ALAM KECIL atau MIKROKOSMOS (‘alam al- shaghir)

KESADARAN AKAN EKSISTENSI ALAM KECIL (‘alam al- shaghir) DALAM DIRI MANUSIA.
‘ALAM AL- SHAGHIR ( alam kecil )
‘Alam Shaghir mengandung seluruh alam dalam bentuk laten. Alam ini adalah Manusia itu sendiri. Makhluk yang namanya Manusia merupakan kompleksitas yang terwujud dari beberapa potensi laten, sebagai kelengkapan sempurna yang dianugerahkan Yang Maha Mutlak kepada ‘penerima amanah Ilahiyyah’ yakni mahluk Manusia – sementara langit, bumi dan gunung menolak amanah Ilahiyyah ini - dalam perpaduannya yang harmoni dan sinergi, secara garis besar Manusia memiliki tidak kurang dari tujuh potensi utama, belum termasuk potensi tambahan yang telah diketahui dan disadari para Nabi dan para Rasul Allah, para awlya dan kaum arif serta penempuh jalan spiritual. Sementara orang ‘awam’ tidak memahami potensi tersebut namun dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak dapat terlepas dari kelengkapan ketujuh potensi – nanti ketujuh potensi ini akan dibahas secara gamblang, salah satunya adalah potensi ‘alam al-shaghir’ ini.
Dan alam semesta ( falak al-hayula ) pun ada dalam ‘alam shaghir ini juga. Atau lebih kongkritnya alam semesta ( falak al-hayula ) pun secara ‘nyata’ terepresentasi dalam ‘alam shaghir.
Sehingga adalah merupakan suatu hal yang ‘alami’ Manusia memiliki kecenderungan dan menyukai bahkan mencintai berbagai materi, beserta perangkat untuk mewujudkan materi seperti kekuasaan, ilmu, dan usaha perdagangan.
Buku ini mewajibkan kita untuk dapat mengendalikan dan mengelola alam materi / Keduniaan secara tepat dan benar. Artinya bagaimana materi itu menjadi alat untuk sarana ‘perjalanan’ menuju cita-cita Yang Maha Tinggi, yakni menuju keridhoan Yang Maha Agung, Allah SWT.

“Bukanlah sebaik-baik kamu adalah orang yang bekerja untuk dunianya saja tanpa Akherat dan tidak pula orang-orang yang bekerja untuk Akheratnya saja dan meningglkan Dunianya, dan sesungguhnya sebaik-baiknya kamu adalah orang yang bekerja untuk ( Akherat ) dan untuk ( Dunia )”
( Al Hadits ).

Untuk menyadari tugas kita sebagai Manusia, adalah menjadi kewajiban kita untuk mengetahui ‘Amanah’ apa yang telah kita pikul yang telah kita ‘sanggupi’ untuk dilaksanakan, sementara Langit, Gunung dan Bumi menolak Amanah ini ? Mengapa ?

“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semua enggan memikulnya dan merasa berat dari padanya dan Manusia memikulnya sesungguhnya dia adalah zalim lagi bodoh.”
(QS Al Ahzab – golongan-golongan [33] : 72)

Amanat ditawarkan kepada langit dan bumi, tapi mereka menolak untuk mengembannya. Manusialah yang menerima amanat itu. Amanat itu adalah bertindak selaku lokus manifestasi dari Nama Serba Meliputi, yakni Allah. Manusia Paripurna adalah orang yang memenuhi amanat ini. Oleh karena itu, dia berhak dan pantas menjadi Wakil ( khalifah ) Allah di muka bumi. 

Manusia sebagai penerima dan pelaksana amanat dari Yang Maha Kuasa, maka dalam kapasitas ‘mandataris’Allah di muka bumi, kita tetap harus menyadari dan memahami ‘otororitas ‘ apa yang harus di kenakan sebagai jubah keManusiaan ? Yang sudah logis, tentu saja Manusia adalah sebagai hamba Allah, ‘abdi Allah dan Penyembah Allah. Dihadapan-Nya adalah mustahil kita mengambil hak-Nya sebagai Tuan ? Sekali lagi yang pasti kita adalah ‘Abdi-Nya. Karena sebagai ‘Abdi-Nya, maka kita wajib mutlak untuk benar-benar pasrah dan tunduk pada Kehendak Allah.

“Dan Aku tidak ciptakan jin dan Manusia supaya mereka menyembah-Ku.”
(QS Adz Dzariat – Angin yang menerbangkan [51] : 56)


1. ALAM SEMESTA ATAU DUNIA ( ‘ALAM )

INSAN KABIR ( Alam Semesta / Makrokosmos )

Insan Kabir, Istilah ini diterapkan pada alam semesta, makrokosmos. Tanda-tanda ( ayat ) Allah dijumpai dalam cakrawala - makrokosmos, dan dalam Diri kita sendiri-mikrokosmos.Alam semesta adalah Manusia besar (insane kabir) dan Manusia adalah alam semesta kecil (‘alam shaghir ).
 Alam Semesta (‘alam ) memiliki sejarah. Bintang – bintang terbentuk, berevolusi, melepas energi, dan berubah ukuran. Galaksi-galaksi saling menjauh : Alam Semesta mengembang.
 Ketika melihat bintang atau galaksi, yang terlihat oleh kita bukanlah keadaan mereka sekarang, tetapi keadaan mereka ketika melepaskan cahaya yang terlihat sekarang.
Cahaya dari galaksi Andromeda misalnya, butuh waktu 2.300.000 tahun untuk mencapai Bumi, sehingga Andromeda yang terlihat dari sini sekarang, adalah Andromeda 2.300.000 tahun yang lalu. Jarak yang ditempuh cahaya dalam setahun disebut satu tahun cahaya (tc).Andromeda berjarak 2.300.000 tahun cahaya dari sini.
Dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Tuhan menciptakan Alam Semesta dalam enam masa tanpa mengalami Keletihan yang selanjutnya Dia bertakhta di atas segala singgasananya dan mengatur segala ciptaannya ;

 “Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam masa ( hari ) kemudian Dia bersemayam di atas Arsy tidak ada bagi kamu selain daripada-Nya seorang penolong pun dan tidak ( pula ) seorang pemberi syafaat. Maka apakah kamu tidak memperhatikan ; Dia mengatur urusan dari langit ke bumi kemudian ( urusan ) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya seribu tahun menurut perhitunganmu.”
 ( QS As Sajdah - Sujud [32] : 4 - 5)

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy . Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. Dan diciptakannya pula matahari, bintang-bintang ( masing-masing ) tunduk kepada perintah-Nya ingatlah! Menciptakan dan memerintah adalah hak Allah. Maha Suci Allah Tuhan Semesta Alam.”
(QS Al A’raaf – tempat tertinggi [7] : 54)

KOSMOLOGI MODERN DIAWALI DENGAN BEBERAPA ASUMSI DASAR:

1. Alam Semesta tersusun atas atom- atom dari jenis yang sama seperti yang berada di Bumi.
2. Hukum-hukum alam yang berlaku di Bumi juga berlaku bagi seluruh Alam Semesta.
Gagasan mengenai “hukum alam” berawal setidaknya pada Rene Descartes, filsuf Prancis abad ketujuh belas, ia berujar :” saya menduga bahwa Tuhanlah yang mengatur Alam Semesta dengan ‘hukum alam’ yang telah ditetapkan atasnya sejak permulaan.”
Dalam sains modern ‘hukum alam’ adalah cara untuk merumuskan keteraturan gejala-gejala alam.
3. Hukum-hukum alam yang berlaku sekarang juga berlaku di masa lalu.

Materi terkecil yang kita kenal, disebut Atom. Teori klasik tentang atom pertama kali dikemukakan oleh Democritus yang menyatakan bahwa “ Atom tidak dapat dibagi-bagi, dan memiliki segala bentuk dan ukuran, tetapi sangat kecil sehingga tak dapat dilihat.”
Di bawah kondisi-kondisi yang berlaku di Bumi, umumnya materi terdapat dalam bentuk susunan atom-atom. Setiap atom memiliki sebuah inti ( nucleus), yang dikelilingi oleh awan electron. Hampir semua massa atom berkumpul di inti. Atom-atom bergabung untuk membentuk molekul; dalam suatu senyawa kimia murni setiap molekul terbentuk dari kombinasi atom-atom yang sama. Contohnya setiap molekul air terDiri dari dua atom hydrogen dan satu atom oksigen.
Gaya yang mengikat electron di dakam atom adalah gaya-gaya elektromagnetik. Kepekaan terhadap gaya-gaya elektromagnetik ini diukur melalui besarnya muatan listrik, yang mungkin positif atau negatif. Inti atom diberi muatan. Demikian pula electron-elektron yang mengelilinginya. Disepakati muatan inti atom adalah positif, sedangkan muatan electron adalah negatif. Muatan yang berlawanan saling menolak dan muatan yang sejenis saling menarik.
Untuk memahaminya , bayangkan inti atom terDiri dari proton dan neutron (proton dan neutron tersusun dari partikel paling dasar saat ini adalah quark ). Menurut perjanjian, satuan muatan listrik adalah muatan proton : sebuah proton bermuatan +1. Sebuah electron bermuatan –1. Neutron tak bermuatan. Sebuah atom yang berDiri sendiri – atom netral - memiliki muatan total nol. Banyaknya electron dalam awan di seputar inti sama dengan banyaknya proton di dalam inti, yang disebut nomor atom


MAQAM DUA
ALAM MALAIKAT
( ‘ALAM AL-MALAKUT )
KESADARAN AKAN
EKSISTENSI ALAM MALAIKAT ( ‘ALAM AL-MALAKUT ) DALAM DIRI MANUSIA

‘ALAM AL-MALAKUT
Alam Kerajaan, Kekuasaan, Kehendak, dan Pengetahuan. Kerajaan batiniah. Alam penyaksian, Alam Gaib, atau Alam bentuk-bentuk halus. Alam ini menunjukkan Sifat-sifat Ilahi. Taman-taman dalam Alam ini disinari oleh Keindahan Muhammad Al-Mushtafa, sang penengah antara yang kasat mata dan Yang Gaib .

“Malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan oleh Allah SWT dari nur atau cahaya.” ( HR Muslim dari Aisyah ), untuk berbakti kepada-Nya, tunduk kepada kekuasaan-Nya, dan melaksanakan perintah-Nya.

“Substansi malaikat terbuat dari cahaya. Cahaya pembentuk malaikat bukanlah Cahaya Allah itu sendiri, melainkan pancaran dari Cahaya atau Wujud Mutlak. Karena para malaikat mengelilingi Singgasana Ilahi ( al-‘arsy ), maka hakikat-hakikat Ilahi pun mengelilingi hati sang pencinta Allah.”
Indra biasa tidak dapat menangkap wujud malaikat karena keghaibannya. Dalam Islam percaya kepada malaikat merupakan salah satu dari 5 rukun iman.
Malaikat diciptakan lebih dahulu dari pada Manusia. Malaikat bertempat di alam roh tetapi dapat turun ke alam dunia atas perintah Allah SWT .
Jumlah malaikat sangatlah banyak adapun yang kita kenal adalah 10 malaikat dengan tugas khusus :
1. Jibril : Penyampai wahyu kepada para nabi
2. Mikail : Pembagi rezeki.
3. Israfil : Peniup sangkakala hari kiamat.
4. Izra’il : Pencabut nyawa.
5. Munkar & : Penanya orang di alam kubur
6. Nakir : Penanya orang di alam kubur
7. Raqib : Pencatat amal baik
8. Atid : Pencatat amal buruk.
9. Malik : Penjaga Neraka
10. Ridwan : Penjaga Surga

Demikian yang kita pahami tentang perlunya ‘beriman kepada malaikat’ yang baku dalam ajaran islam.
Penulis mencoba untuk memahami ‘ potensi al-malakut’ dari kaca mata ilmiah, yang hasilnya mengukuhkan ‘kebenaran dogmatis’ dalam ajaran Islam tentang wajibnya beriman kepada malaikat – malaikat-Nya.
Salah satu kesempurnaan Ciptaan Yang Maha Mutlak Allah SWT yang berwujud Manusia, telah dilengkapi dengan salah satu ‘ potensi al-malakut’ yang ada dalam Diri Manusia, yang akan menjadi penopang pelaksanaan ‘manajemen al-Ilahiyyah’ dalam hidup dan kehidupannya Manusia, dan bersifat obyektip. Apa yang ditanam itulah yang akan dipetik.
 “Malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan oleh Allah SWT dari nur atau cahaya.” ( HR Muslim dari Aisyah ), untuk berbakti kepada-Nya, tunduk kepada kekuasaan-Nya, dan melaksanakan perintah-Nya. Hadist Ini yang dipahami penulis sebagai ‘manajemen al-Ilahiyyah’.
Buku ini dimaksudkan untuk membangunkan serta menyadarkan potensi-potensi yang dimiliki Manusia, seperti potensi al-malakuti sebagai anugerah dari Yang Maha Sempurna, dalam mengendalikan dan mengelola Dirinya untuk meraih hidup sukses, secara hakiki dalam alam kehidupan ( falak al-hayah ) saat ini dan nanti.
Penulis berpendapat bahwa malaikat yang diciptakan dari energi cahaya, secara ilmiah sangatlah bersesuaian dengan eksistensinya sebagai mana diungkapkan oleh ilmuwan besar, Albert Einstein ujarnya :

“Dimulainya massa dapat berubah bentuk menjadi energi atau sebaliknya. Energi itu tidak hilang ; energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, tapi tak ada suatu prosespun yang diketahui dapat menciptakan dan memusnahkannya. Energi dapat mewujudkan Dirinya sebagai massa, berdasarkan rumus Einstein E = mc”
Akibatnya, energi dapat berubah bentuk menjadi energi lain. Sebagai contoh manifestasi energi ; cahaya tampak, gelombang radio, infra merah, radiasi ultra violet, sinar x dan sinar gamma.
Dorongan, Niat, Motivasi, Tindakan, Aksi dan segala sesuatu yang membutuhkan proses energi, dalam manifestasi energi ; cahaya tampak, gelombang radio, infra merah, radiasi ultra violet, sinar x dan sinar gamma proses kimiawi ada dalam domain Al-malakut untuk mencapai proses terjadi atau tidak terjadi, sukses atau gagal sesuatu tujuan setelah terpenuhinya atau tidak terpenuhinya ‘ketentuan’ baku
( qadar ) / hukum alam / sunatullah untuk mencapai keterwujudan tujuan.
Sehingga Potensi al-malakut sebagai ‘executor’ dari alam perintah, yang dikendalikan / dikelola oleh alam pikiran yang mendapat masukan dari alam kehendak, yang akan terwujud atau tidak terwujud dalam alam materi.
Ini yang penulis sebut dengan salah satu unsur dalam proses ‘manajemen al Ilahiyyah’. Dan hal ini saling terkait dengan ke potensi lainnya, dalam suatu sinergi yang harmoni, sebagai pengejawantahan dari Ar-Rahman dan Ar-Rahim dalam suatu timbangan yang adil, obyektif , tepat dan benar sesuai dengan kaidah keselarasan hukum alam / Sunatullah. Dan bersifat exact ( pasti ).
Inilah salah satu Potensi Manusia yang belum terbangkitkan secara sadar, dipahami, diyakini dan dikendalikan dalam mengelola hidup untuk meraih ‘kemenangan, kesuksesan, keberhasilan, kemuliaan, keterwujudan tujuan’.

“Ubahlah pikiran-pikiran Anda maka Anda mengubah dunia Anda”, demikian ujar Norman Vincent Peale.
MAQAM TIGA
ALAM AKAL
( FALAK Al-‘AQL )

KESADARAN AKAN
EKSISTENSI ALAM AKAL ( FALAK Al-‘AQL )– MANUSIA

Apakah akal ( al’aql ) itu?
“Al-‘aql : Intelek atau fakultas penalaran. Kata ‘aql berasal dari’iqal yang berarti ‘belenggu’. Akal membelenggu dan mencengkram Manusia dan menghalangi Dirinya dalam menempuh tahapan-tahapan akhir kenaikan menuju Allah ( mi’raj ). Dalam kenaikan menuju Allah ( mi’raj ) ini, terdapat suatu tempat yang disebut dengan “Pohon Teratai di Batas terjauh” ( sidrah al-muntaha ) yang menunjukkan “tempat” akal ( belenggu ) harus ditinggalkan. Dari tempat ini, sang penempuh jalan ( salik ) meneruskan perjalanan dengan cinta ( ‘isyq ), kerinduan ( syawq ), dan ketakjuban ( hayrah ). Pada waktu mi’raj Nabi Muhammad SAW., di sidrah al-muntaha inilah sahabat nya, Malaikat Jibril, berhenti karena takut hancur dan musnah. Kedudukan takut adalah kedudukan tertinggi yang bisa dipakai oleh akal.
Seseorang yang mengetahui disebut al’aqil, dia adalah seorang yang cerdas. Al’aqil tidak selalu menunjukkan seseorang yang mengetahui Allah melalui berbagai penyingkapan ( kasyf ). Al’aqil bisa juga mengetahui lewat penalaran dan pemikiran yang merupakan bentuk pengetahuan yang lebih rendah.
Sementara diketahui ada lima hakikat akal ( al-‘aql ) :

1. Akal Pertama ( al-‘aql al-awwal )
2. Akal Universal ( al-‘aql al kulli )
3. Akal Keseluruhan ( ‘aql-I-kull )
4. Akal Murni ( ‘aql mujarrad )
5. Akal yang sempurna ( ‘aql-I-salim )

Tidak seorangpun mengetahui hakekat akal. Kita tidak mengetahui hakekat mutiara berharga ini dalam pandangan Islam dan Al Qur’an. Al Qur’an mengatakan bahwa akal tak dapat diketahui. Apa yang diketahui dari pemahaman akal adalah bahwa pemikiran merupakan buah dari akal. Seseorang yang berpikir dinamakan orang yang berakal.
Imam Ash Shadiq AS mengatakan, “perbedaan antara orang berakal dan orang dungu adalah orang berakal mengucapkan suatu ucapan dengan pertimbangan dan melakukan suatu perbuatan dengan pertimbangan. Ia berpikir terlebih dahulu lalu berkata atau berbuat. Orang dungu sebaliknya. Ia berbicara atau bertindak tanpa pertimbangan dan tanpa perhitungan. Ia berbuat terlebih dahulu lalu menyesali perbuatannya”.
 “Akal adalah sesuatu yang dengannya Ar Rahman ( Allah ) disembah dengannya diperoleh surga” demikia Imam Ash Shadiq AS.
Ucapan penghuni neraka dalam Al Qur’an : “Sekiranya kami mendengar atau memikirkan ( peringatan itu ) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”. (QS Al Mulk [67] : 10)
Orang-orang berakal adalah mereka yang mengikuti kebaikan dan meninggalkan keburukan. Berbahagialah orang yang keluar dari dunia ini dalam keadaan selamat, didunia ia berpikir tentang alam kubur, kiamat, surga, dan neraka


MAQAM EMPAT
ALAM KEHENDAK
( FALAK AL-IRADAH )
KESADARAN AKAN
EKSISTENSI ALAM KEHENDAK ( FALAK IRADAH )– MANUSIA

“Iradah adalah kepedihan cinta dalam hati. Tidak ada kebebasan memilih dalam hal kehendak. Sebab, ketika kehendak atau kemauan memenuhi hati, sang pencinta pun diliputinya. Dia terpaksa mencari sang Kekasih dengan segenap wujudnya.Murid adalah ‘seseorang yang menginginkan atau menghendaki Pengetahuan Allah.
Al-iradah al-hubbiyyah adalah kehendak cinta. Dengan kehendak cinta inilah Allah mengarahkan perhatian-Nya pada sesuatu yang mungkin ( mumkin ) dan mewujudkannya. Kehendak Cinta adalah kekuatan pendorong. Dengannya, Khazanah Tersembunyi menampakkan Diri.”

“Allah pencipta langit dan bumi dan bila Dia berkehendak Dia hanya mengatakan kepadanya, “ Jadilah!” lalu jadilah Ia” (QS Al Baqaraah - sapi betina [2] : 117 )

“Sesungguhnya perintahnya, apabila Dia menghendaki sesuatu, hanyalah berkata kepadanya “jadilah!” maka terjadilah ia.” ( QS Yaasin [36] : 82 )

“Apa yang kamu kehendaki, ( tidak dapat terlaksana ) kecuali dengan kehendak Allah jua “ ( QS.Al-Insan [76] :30 )

“Siapa yang hendak beriman silahkan beriman, siapa yang hendak kufur silahkan juga kufur.” ( QS Al-Kahf [18]:29 )

“Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu lakukan.” ( QS.Al-Shaffat [37]:96 )

Kaum arif berpandangan bahwa kecenderungan ini ada dalam setiap partikel di alam semesta, termasuk dalam Diri Manusia-sekalipun kecenderungan ini kadang-kadang sangat tidak tampak lantaran Manusia terpukau oleh hal-hal lainnya yang memalingkan perhatiannya dari hal itu. Dalam Diri Manusia, kecenderungan pasif ini biasanya bangkit hanya ketika perhatiannya terus menerus diarahkan kepadanya. Pembangkitan kecenderungan inilah yang disebut iradah ( kehendak )
Abdurrazzaq Al Kasyani mendefinisikan iradah sebagai berikut : ‘ Iradah adalah gejolak api cinta. Manakala api ini disulut dalam kalbu dan hatinya, Manusia pun mulai menanggapi seruan kebenaran.’ Sedangkan Abdullah Al Anshari mendefinisikan iradah sebagai berikut: ‘ Iradah berarti menanggapi seruan kebenaran atas kemauan dan kehendak Diri sendiri’
Alam Iradah berkaitan dengan berbagai kehendak Manusia

MAQAM LIMA
ALAM SPIRITUAL atau PERINTAH
( ‘ALAM AL‘AMR )

KESADARAN AKAN
EKSISTENSI ALAM SPIRITUAL atau PERINTAH
( ‘ALAM AL‘AMR ) DALAM DIRI MANUSIA

‘ALAM AL-AMR ( alam perintah )
Alam spiritual atau alam perintah. Alam yang didalamnya tidak ada waktu dan materi.’Alam al-amr inilah diciptakan Allah tanpa sebab sekunder.

“Sesungguhnya perintahnya, apabila Dia menghendaki sesuatu, hanyalah berkata kepadanya “jadilah!” maka terjadilah ia ( QS Yaasin [36] : 82 )


MAQAM ENAM
ALAM ROH
( ‘ALAM-I-ULWI )

KESADARAN AKAN EKSISTENSI ALAM ROH ( ‘ALAM-I-ULWI ) DALAM DIRI MANUSIA

‘ALAM-I-ULWI ( alam ruh )
‘Alam lebih tinggi.Alam Ruh.Terdapat hubungan antara Alam Ruh dan esensi hati Manusia. Melalui hubungan ini- yang merupakan rahasia Allah- hati seorang Manusia yang disucikan bisa naik ke alam spiritual ketika mendengarkan konser spiritual.
 ‘ALAM AL-ANFAS ( alam nafas )
Alam nafas. Kehidupan itu sendiri. Nafas pun di hisab. Nafas terahir Manusia berakhir di ‘alam al-anfas.
‘ALAM AL-MULK
Alam materi, Kerajaan lahiriah, Alam peristiwa, atau Makrokosmos
‘ALAM AL-NASUT
Alam Panca indera Manusia
‘ALAM AL- SHAGHIR ( alam kecil )
‘Alam Shaghir mengandung seluruh alam dalam bentuk laten. Alam ini adalah Manusia itu sendiri.

MAQAM TUJUH
‘ALAM AL-JABARUT
( Alam Tuhan Yang Maha Kuasa )
( al-lathifah al-haqiqiyyah )

KESADARAN AKAN EKSISTENSI ALAM TUHAN YANG MAHA KUASA DALAM DIRI MANUSIA

‘ALAM AL-JABARUT ( Alam Tuhan Yang Maha Kuasa )
Alam Tuhan Yang Maha Kuasa. Alam Sumber. Ini adalah Hakikat Muhammad yang berhubungan dengan tingkatan Sifat-sifat. Di dalam Alam ini terdapat berbagai kolam atau wadah non-manifestasi yang darinya memancar Eksistensi. Kolam-kolam ini adalah Cahaya Muhammad ( Nur Muhammadiyyah ) yang karenanya seluruh ciptaan ini diadakan.

‘ALAM AL-LAHUT
Alam Ketuhanan.
Ini adalah kekuatan hidup yang meliputi segala sesuatu yang ada.

“Dan di Bumi itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang yakin ; dan pada Dirimu sendiri, apakah kamu tidak memperhatikan?” ( QS Adz Dzariaat – angin yang menerbangkan [51] : 20 –21 )


Nabi Muhammad SAW menyinggung dan memberi isyarat kepada sahabatnya Abu Dzarr Al Ghiffari : “Sembahlah Allah seakan-akan engkau sedang melihat-Nya. Dan jika engkau tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar